"Ui Kiay api khabar? Lagi ngapi?" Wat Mubil? Tulung pai kiay antak pai sikam"
Pembicaraan ini yang terjadi ketika penulis dan keluarga sampai di Kurungan nyawa ,sebuah pertigaan tempat pemberhentian Bis di Kabupaten OKU Timur Sumatera selatan.
klik dija
Tidak seperti biasanya bis yang saya naiki jalannya pelan sehingga saya dan keluarga hampir kemalaman di jalur komering yang akhirnya terjadilah percakapan diatas, masuk jalur Komering pada sore menjelang malam hari memang sedikit tegang bagaimana tidak dikiri dan kanan jalan masih banyak terdapat pepohonan dan kebun masyarakat sekitar dan sekali sekali baru terdapat "Tiuh" ( sebutan desa oleh penduduk sekitar) inilah kemungkinan angkutan tidak berani lewat jalur itu ,tapi sebenarnya ketegangan itu tidak perlu terjadi karena masyarakat sekitar sangat bersahabat Cukup katakan "Tulung pai " yang berarti Permintaan tolong Nah pada kejadian ini penulis sangat senang karena orang yang saya minta tolong itu langsung respon mungkin dengar kata - kata tadi dan bersedia mengantarkan saya tanpa menanyakan masalah ongkos , itulah yang jadi dalam lamunan saya selama perjalanan saya harus membayar berapa untuk kebaikan Bapak yang saya panggil kiay ini tanpa terasa tiuh demi tiuh telah dilewati dan saya lihat pada Phonsel saya sepanjang perjalan tersebut sinyalnya tetap ada dalam hati wah tiuh sekarang sudah tambah maju ,dan ahirnya Ciit suara rem kendaraan yang saya tumpangi berhenti, seketika lamunan saya menjadi buyar betapa tidak ternyata penulis sudah sampai di depan rumah tiada kata kata yang terucap selain terima kasih Kiay eh dan tanpa sengaja tangan saya mengeluarkan uang 2 lembar dan penulis ulurkan kepada Bapak sopir tadi yang penulis panggil kiay apa yang terjadi? dik 1 saja katanya , tp penulis bilang tidak kiay kalau kiay tidak mau yang satu ini kasihkan ke Ayuk untuk "Bubuka" ( Lebaran) .
Tidak seperti biasanya bis yang saya naiki jalannya pelan sehingga saya dan keluarga hampir kemalaman di jalur komering yang akhirnya terjadilah percakapan diatas, masuk jalur Komering pada sore menjelang malam hari memang sedikit tegang bagaimana tidak dikiri dan kanan jalan masih banyak terdapat pepohonan dan kebun masyarakat sekitar dan sekali sekali baru terdapat "Tiuh" ( sebutan desa oleh penduduk sekitar) inilah kemungkinan angkutan tidak berani lewat jalur itu ,tapi sebenarnya ketegangan itu tidak perlu terjadi karena masyarakat sekitar sangat bersahabat Cukup katakan "Tulung pai " yang berarti Permintaan tolong Nah pada kejadian ini penulis sangat senang karena orang yang saya minta tolong itu langsung respon mungkin dengar kata - kata tadi dan bersedia mengantarkan saya tanpa menanyakan masalah ongkos , itulah yang jadi dalam lamunan saya selama perjalanan saya harus membayar berapa untuk kebaikan Bapak yang saya panggil kiay ini tanpa terasa tiuh demi tiuh telah dilewati dan saya lihat pada Phonsel saya sepanjang perjalan tersebut sinyalnya tetap ada dalam hati wah tiuh sekarang sudah tambah maju ,dan ahirnya Ciit suara rem kendaraan yang saya tumpangi berhenti, seketika lamunan saya menjadi buyar betapa tidak ternyata penulis sudah sampai di depan rumah tiada kata kata yang terucap selain terima kasih Kiay eh dan tanpa sengaja tangan saya mengeluarkan uang 2 lembar dan penulis ulurkan kepada Bapak sopir tadi yang penulis panggil kiay apa yang terjadi? dik 1 saja katanya , tp penulis bilang tidak kiay kalau kiay tidak mau yang satu ini kasihkan ke Ayuk untuk "Bubuka" ( Lebaran) .
sungguh menjadi kebanggaan tersendiri semoga adat tolong menolong warga disini Khususnya Komering tetap terjalin amin.
Dan ahirnya penulis jadi Bubuka (lebaran ) di Tiuh Sengaja Bahasa daerah penulis sisipkan Karena Penulis kangen banget dengan bahasa tersebut.